Senin, 13 April 2020

Unsur Kebahasaan Teks Boneka Sigale Gale

Kabid Dikdas
Unsur kebahasaan merupakan unsur-unsur yang membentuk sebuah teks. Unsur kebahasaan pada teks Boneka Sigale-Gale antara lain kata berimbuhan, rujukan kata, dan konjungsi. Rujukan kata adalah suatu kata yang merujuk pada kata lain yang memperlihatkan keterikatannya. Rujukan kata bisa juga disebut sebagai padanan kata. Kata penghubung disebuat kata konjungsi, kata penghubung adalah kata tugas yang menghubungkan antarklausa, antarkalimat, dan antar paragraf. Kata Berimbuhan adalah kata dasar yang mendapat imbuhan (awalan, akhiran, awalan dan akhiran).

Boneka Sigale-Gale
Sebuah boneka berubah menjadi cerita yang sangat mistis. Dia hidup dalam benak masyarakat di Pulau Samosir, Sumatera Utara. Boneka itu bisa menari-nari sendiri dan juga menangis. Sigale-gale, begitu nama boneka itu disebut. Masyarakat tak ada yang tak mengenal boneka ini. Ceritanya penuh teka-teki. Kisahnya berlangsung lama, sejak sekitar 350 tahun yang silam.

Dahulu kala, hiduplah seorang raja bernama Raja Rahat. Dia adalah seorang raja dari salah satu kerajaan di Pulau Samosir yang dikelilingi Danau Toba di Sumatera Utara kini. Raja Rahat memiliki seorang putra bernama Raja Manggale. Suatu ketika, sang raja mengirim putranya untuk berperang. Namun, tak disangka Raja Manggale meninggal di medan perang. Tragisnya lagi, mayatnya tak ditemukan. Raja Rahat sedih kehilangan putra semata wayang yang akan mewarisinya kerajaannya. Raja pun akhirnya jatuh sakit karena selalu menangisi kepergian Raja Manggale.

Melihat rajanya sakit, para tetua adat pun berusaha mengobati Raja Rahat agar sembuh kembali. Namun, tak satu pun dukun yang bisa menyembuhkannya hingga kemudian terbetiklah ide untuk menghidupkan kembali Raja Manggale. Dipanggillah seorang dukun besar. Akan tetapi, usaha tersebut tak juga berhasil. Raja Manggale tetap tidak bisa hidup kembali. Akhirnya, untuk mengobati kesedihan Raja Rahat, dibuatkanlah boneka dari kayu yang menyerupai Raja Manggale. Kemudian digelar pesta untuk merayakannya. Oleh sang dukun, roh Raja Manggale pun dipanggil untuk masuk ke dalam raga boneka. Dengan kepercayaan sipele begu, boneka pun dapat menari sendiri tanpa bantuan alat apa pun. Selama tujuh hari tujuh malam, boneka tersebut bisa menari sendiri. Raja Rahat pun senang mendapatkan pengganti Raja Manggale. Perlahan dia sembuh kembali. Sejak saat itulah, orang Batak menyebut boneka tersebut dengan nama Sigale-gale.

Kata berimbuhan
Kata BerimbuhanKata DasarImbuhanKata BerimbuhanKata DasarImbuhan
berubahubahberditemukantemudi-kan
menaritarimekehilanganhilangke-an
menangistangismemenangisitangisme-i
mengenalkenalmekepergianpergike-an
berlangsunglangsungbermenghidupkanhidupme-kan
ceritanyaceritanyamengobatiobatme-i
hiduplahhiduplahkesedihansedihke-an
kerajaanrajake-anmenaritarime
dikelilingikelilingdi-ikepercayaanpercayake-an
memilikimilikme-imendapatkandapatme-kan
berperangperangberpenggantigantipe
disangkasangkadimenyebutsebutme

Rujukan Kata
Kata-kata yang saling merujuk pada bacaan teks deskripsi antara lain sebagai berikut
  1. Sebuah boneka berubah menjadi cerita yang sangat mistis. Dia hidup dalam benak masyarakat di Pulau Samosir, Sumatera Utara.
  2. Raja Rahat memiliki seorang putra bernama Raja Manggale. Suatu ketika, sang raja mengirim putranya untuk berperang.
  3. Boneka itu bisa menari-nari sendiri dan juga menangis. Sigale-gale, begitu nama boneka itu disebut.
  4. Dahulu kala, hiduplah seorang raja bernama Raja Rahat. Dia adalah seorang raja dari salah satu kerajaan di Pulau Samosir yang dikelilingi Danau Toba di Sumatera Utara.
  5. Namun, tak disangka Raja Manggale meninggal di medan perang. Tragisnya lagi, mayatnya tak ditemukan.
  6. Raja Rahat sedih kehilangan putra semata wayang yang akan mewarisinya kerajaannya. Raja pun akhirnya jatuh sakit karena selalu menangisi kepergian Raja Manggale.
Konjungsi
Konjungsi yang digunakan dalam teks deskripsi Boneka Sigale-gale antara lain adalah.
  1. Boneka itu bisa menari-nari sendiri dan juga menangis.
  2. Suatu ketika, sang raja mengirim putranya untuk berperang. Namun, tak disangka Raja Manggale meninggal di medan perang.
  3. Raja Rahat sedih kehilangan putra semata wayang yang akan mewarisinya kerajaannya. Raja pun akhirnya jatuh sakit karena selalu menangisi kepergian Raja Manggale.
  4. Melihat rajanya sakit, para tetua adat pun berusaha mengobati Raja Rahat agar sembuh kembali. Namun, tak satu pun dukun yang bisa menyembuhkannya hingga kemudian terbetiklah ide untuk menghidupkan kembali Raja Manggale.
  5. Dipanggillah seorang dukun besar. Akan tetapi, usaha tersebut tak juga berhasil.
  6. Raja Manggale tetap tidak bisa hidup kembali. Akhirnya, untuk mengobati kesedihan Raja Rahat, dibuatkanlah boneka dari kayu yang menyerupai Raja Manggale. Kemudian digelar pesta untuk merayakannya.
  7. Oleh sang dukun, roh Raja Manggale pun dipanggil untuk masuk ke dalam raga boneka. Dengan kepercayaan sipele begu, boneka pun dapat menari sendiri tanpa bantuan alat apa pun.